Minggu, 16 Januari 2011

Metode Pendidikan Nabi Muhammad saw, Sang Guru Besar

Apabila disepakati bahwa yang disebut guru adalah orang yang secara sengaja mengasuh individu atau beberapa individu lainnya agar mereka dapat tumbuh dan berhasil dalam menjalani kehidupan, maka dalam konteks pengertian ini Nabi Muhammad SAW dapat dianggap sebagi sosok guru agung bagi umat manusia, meskipun “Sang Guru Utama” tetap Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW dalam kedudukannya sebagai sang guru, memiliki beberapa tugas spesifik kaitannya dengan kependidikan. Sebagaimana diketahui, di kalangn Muslim, Nabi Muhammad SAW diyakini sebagai Nabi dan Rasul penutup, dengan demikian tugas Nabi Muhammad SAW adalah menyampaikan segala hal yang berkaitan dengan risalah terakhir di bidang aqidah, ibadah, dan mu’amalah, melalui proses pendidikan. Hal ini dapat dilihat dalam Al Qur’an, yang notabenenya merupakan visualisasi dari tugas yang harus dijalankan, memuat ayat-ayat yang menguatkan misi kependidikan Nabi Muhammad SAW, sebagaimana firman Allah dalam surat al Maidah: 67
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنْ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (المائدة:   )
Artinya: “Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir”. (Q.S. al Maidah: 67)[1]

Al Qur’an bagi Nabi Muhammad SAW juga bukan hanya sekedar kitab suci yang memberikan justifikasi kenabian bagi dirinya, lebih dari itu al Qur’an juga merupakan penjelasan tentang konsep pendidikan Tuhan bagi hamba-Nya. Hal ini dapat dilihat pada firman Allah:
بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (النحل:   )

Artinya: “(mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan al Dzikr (al Qur’an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan”. (Q.S. al Nahl: 44)[2]

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa “mendidik” manusia dengan petunjuk al Qur’an yang telah diturunkan kepadanya merupakan salah satu tugas Nabi Muhammad SAW. Di sini,  internalisasi nilai-nilai edukatif al Qur’an yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW tidak hanya lewat nasehat dan pengajaran-pengajaran lain, namun diri Nabi Muhammad SAW sendiri menjadi contoh yang hidup bagi dasar-dasar kependidikan yang dikembangkannya. Nabi Muhammad SAW merepresentasikan apa yang diajarkan melalui tindakan, kemudian menerjemahkan tindakannya ke dalam kata-kata, sehingga apapun yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW akan segera diterima oleh para sahabat karena ucapannya telah diawali dengan contoh kongret. Hal ini seperti yang telah difirmankan Allah SWT dalam surat al Ahzab: 21.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً (الأحزاب:   )

Artinya: “Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah”. (Q.S. al Ahzab: 21)[3]

Dalam segala hal, Nabi Muhammad SAW adalah guru, pemberi nasehat, petunjuk jalan kebenaran dan juga seorang pengajar. Majelis pengajaran Beliau sangat luas, dimana saja dan kapan saja dapat memberikan pelajaran. Namun karena Beliau dan para sahabat lebih banyak menghabiskan waktunya di masjid dalam melakukan aktifitas peribadatan khususnya shalat, maka Beliau menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan keilmuan.[4]

Dengan demikian, masjid bagi Nabi Muhammad SAW merupakan “madrasah” dan sekaligus “kampus” tempat dimana Beliau duduk dikelilingi para sahabat dalam halaqah untuk menyampaikan pelajaran, membaca al Qur’an, dzikir, dan aktifitas lain. Namun begitu, pada saat itu bukan hanya Nabi Muhammad SAW saja yang menjadi guru, tetapi kadangkala beberapa sahabat menggantikan Beliau dalam menyampaikan ilmu, seperti Abdullah Ibn Rawahah, Ubadah Ibn Shamit, dan Abu Ubaidah Ibn al Jarrah.[5]

Dalam setiap halaqah yang diselenggarakan Nabi Muhammad SAW, Beliau selalu mengajarkan al Qur’an. Dan melalui al Qur’an pula, Nabi Muhammad SAW mengajarkan ilmu-ilmu tentang macam-macam fadhilah, wawasan keilmuan, akhlak, adat istiadat yang baik dan manfaat ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Dengan demikian, prioritas pengajaran al Qur’an sejak awal dakwah Nabi Muhammad SAW dimaksudkan untuk membentuk pola pikir dan perilaku para sahabat yang dijiwai oleh semangat al Qur’an, disamping agar mereka menerima akidah-akidah al Qur’an terutama yang berkaitan dengan keesaan Tuhan.[6]

Meskipun ilmu-ilmu lain diajarkan dalam halaqah Nabi Muhammad SAW, pengajaran al Qur’an tetap menempati posisi terpenting, karena sesungguhnya sumber ilmu pengetahuan adalah al Qur’an. Pendidikan al Qur’an itu meliputi bacaan, pemahaman dan penafsiran. Sedangkan pendidikan membaca al Qur’an bagi anak-anak, oleh Nabi Muhammad SAW disediakan tempat khusus yang disebut kuttab seperti yang telah dibahas sebelumnya.[7]

Apabila disepakati definisi kurikulum adalh seperangkat pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunkan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah,[8] maka dapatlah kiranya dianalogkan bahwa kurikulum pendidikan yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW adalah “Kurikulum Berbasis Qur’an” (KBQ), dimana Nabi Muhammad SAW sebagai guru utama, para sahabat sebagai murid-muridnya, dan masjid atau halaqah keilmuannya sebagai institusi pendidikan atau sekolah tempat proses pendidikan itu berlangsung.

Sebagai sebuah “kurikulum”, al Qur’an menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah membina manusia secar pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai ‘abdullah dan khalifatullah, guna membangun duni sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.[9]

Sebagai guru agung, dalam mengimplementasikan “Kurikulum Berbasis Qur’an” ini, Nabi Muhammad SAW menerapkan metode pendidikan yang cukup variatif dan fleksibel, diantaranya adalah:

1.      Metode Pendidikan Nabi Muhammad SAW di bidang aqidah.[10]

jenis metode

KETERANGAN

1. Metode bertanya/melempar pertanyaan

2. Metode menjawab pertanyaan

3. Metode kisah/cerita

4. Metode nasehat/ceramah/khotbah

 

5. Metode Peragaan/demonstrasi

Nabi bertanya kepada sahabat

Sahabat bertanya kepada Nabi

Nabi menceritakan kepada sahabat

Nasehat Nabi bersifat logis, singkat dan argumentatif

Nabi menggunakan alat dalam menjelaskan

 

Hal demikian itu dapat dilihat misalnya dalam hadits:

عَنْ أَبِيْ مَالِكِ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ مَنْ قَالَ لآ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُوْنِ اللهِ حَرَّمَ مَالُهُ وَدَمُهُ وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ.[11]

2.      Metode Pendidikan Nabi Muhammad SAW di bidang ibadah.[12]

jenis metode

KETERANGAN

1.   Metode dialog/diskusi/tanya jawab

2.    Metode praktek/contoh

3.    Metode eksplanasi/nasehat/metafora

4.    Metode targhib dan tarhib

5.   Metode tadriji

Berkaitan dengan pensyari’atan azan

Berkaitan dengan ibadah sholat

Berkaitan dengan ibadah wudlu

Berkaitan dengan ibadah zakat

Berkaiatan dengan ibadah puasa

 

Contoh dari metode tersebut di atas tergambar dalam hadits Nabi SAW:

عَنْ عَبْدِاللهِ ابْنِ شَقِيْقٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى لَيْلاً طَوِيْلاً فَإِذَا صَلَّى قَائِمًا رَكَعَ قَائِمًا وَإِذَا صَلَّى قَاعِدًا رَكَعَ قَاعِدًا.[13]

3.      Metode Pendidikan Nabi Muhammad SAW di bidang akhlak.[14]

jenis metode

KETERANGAN

1.   Metode metafora

 

2.   Metode kisah/cerita

 

3.   Metode dialog

 

4.   Metode nasehat

5.   Metode Peragaan

Perumpamaan orang lain yang mengajarkan ilmunya

Kisah Juraij dan bayi yang dapat bicara

Keutamaan seorang ibu dibandingkan ayah

Keharaman ghibah

Melalui gambar atau anggota tubuh

      Sebagian dari metode-metode tersebut misalnya terdapat alam hadits berikut:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِىْ؟ قَالَ: أُمُّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ أُمُّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ أُمُّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أَبُوْكَ.[15]   

4.      Metode Pendidikan Nabi Muhammad SAW di bidang mu’amalah.[16]

jenis metode

KETERANGAN

1.   Metode eksplanasi

2.   Metode kisah

3.   Metode dialog

4.   Metode nasehat

Tentang jual beli

Tentang riba

Tentang peradilan dan mencuri

Tentang menikah dan meminang pinangan orang lain

 

Contoh dari metode-metode di atas adalah sebagaimana termaktub dalam hadits di bawah ini:

عَنْ عَبْدِالرَّحْمَنِ ابْنِ شَمَاسَةِ أَنَّهُ سَمِعَ عُقْبَةَ ابْن عَامِرٍ عَلَى الْمِنْبَرِ يَقُوْلُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اَلْمُؤْمِنُ أَخُوالْمُؤْمِنِ فَلاَ يَحِلُّ لِلْمُؤْمِنِ أَنْ يَبْتَعَ عَلَى بَيْعِ أَخِيْهِ وَلاَ يَخْطُبَ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيْهِ.[17]



DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdurrahman S.,  Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut al Qur’an serta Implementasinya, terj. Mutammam, Bandung: Diponegoro, 1991
Al Maliki, M. Alawi , Prinsip-prinsip Pendidikan Rasulullah, terj. M. Ihya Ulumuddin, Jakarta: Gema Insani Press, 2002
Departemen Agama RI, al Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Mekar: 2004
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003
Muslim, Al Imam , Sahih Muslim, Juz I, Bandung: Syirkah al Ma’arif li al Thab’i wa al Nasyar, t.t.
Qardhawi, Yusuf , Halal-Haran dalam Islam, terj. Wahid Ahmadi, et.al., Solo: Era Intermedia, Cet. III, 2003
Untung, Moh. Slamet , Muhammad Sang Pendidik, Semarang: Pustaka Rizki Putera



[1] Departemen Agama RI, al Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Mekar: 2004, hlm. 158
[2] Ibid., hlm. 370
[3] Ibid., hlm. 594
[4] M. Alawi al Maliki, Prinsip-prinsip Pendidikan Rasulullah, terj. M. Ihya Ulumuddin, Jakarta: Gema Insani Press, 2002, hlm. 7
[5] Ibid.
[6] Ibid., hlm. 29
[7] Moh. Slamet Untung, Muhammad Sang Pendidik, Semarang: Pustaka Rizki Putera, 2005, hlm. 61
[8] Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hlm. 182
[9] Abdurrahman S. Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut al Qur’an serta Implementasinya, terj. Mutammam, Bandung: Diponegoro, 1991, hlm. 176
[10] Muh. Slamet Untung, Op. Cit., hlm. 203
[11] Al Imam Muslim, Sahih Muslim, Juz I, Bandung: Syirkah al Ma’arif li al Thab’i wa al Nasyar, t.t., hlm. 30
[12] Muh. Slamet Untung, Op. Cit., hlm. 204
[13] Al Imam Muslim, Op. Cit., hlm. 293
[14] Muh. Slamet Untung, Op. Cit., hlm. 205
[15] Lihat dalam Yusuf Qardhawi, Halal-Haran dalam Islam, terj. Wahid Ahmadi, et.al., Solo: Era Intermedia, Cet. III, 2003, hlm. 327
[16] Muh. Slamet Untung, Op. Cit., hlm. 206
[17] Al Imam Muslim, Op. Cit., hlm. 492

Menjadi guru yang benar

Guru adalah profesi yang sangat mulia. Karena gurulah yang membuat seseorang bisa menjadi presiden, jadi politisi, jadi profesor, jadi pengusaha dan lain-lain. Terlebih lagi guru SD, sungguh sangat besar jasanya bagi kita semua. Tanpa beliau, tidak sedikit orang yang buta huruf dan kehilangan etika. Karena, guru SD lah yang mengajari kita membaca dan menulis serta bernyanyi (sebelum ada Taman Kanak-Kanak). Kemudian, guru SD juga yang mengenalkan kita budi pekerti luhur, sopan santun, dan saling menyayangi sesama. Seperti lagu yang pernah saya dapatkan ketika SD ”Hormati gurumu sayangi teman, itulah tandanya kau murid budiman.”

Begitu mulianya tugas seorang guru. Mengajari anak orang supaya bisa membaca dan menulis serta memperoleh ilmu pengetahuan, kemudian mendidik anak orang supaya menjadi manusia yang baik dan bermanfaat untuk orang banyak. Dengan demikian, sungguh berat sebenarnya tugas seorang guru. Guru mengajar dan mendidik siswa dalam rangka mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas, berakhlak mulia, serta mampu melakukan perubahan-perubahan di tengah masyarakat . Bisa dikatakan bahwa gurulah tolak ukur keberhasilan dunia pendidikan di negri ini. Di tangan gurulah masa depan generasi muda ini ditentukan. Oleh karena itu, sebagai guru kita mesti berhati-hati dalam menjalankan tugas mulia ini. Jika kita salah dalam mendidik mereka, maka akan salah pula nanti produk pendidikan yang dihasilkan. Ingat, bahwa yang kita cetak ini manusia. Jadi, butuh kerja keras dan kesabaran ekstra. Lain halnya dengan mencetak kue. Ketika kita ingin membuat kue bolu, tinggal siapkan bahan, diadon, masukkan ke cetakan, trus di masak. Selesai. Jadilah kue bolunya. Sangat gampang. Namun, meskipun demikian, kita pun perlu hati-hati dalam membuatnya. Karena, jika salah dalam mengadon bahannya, bisa jadi kue kita jadi bantat dan jika ga dikontrol apinya, bisa jadi kue kita gosong.

Nah, dalam pendidikan, yang akan kita cetak itu adalah manusia. Bukan tepung terigu dan telur yang tidak pernah protes meskipun kita campur aduk dengan bahan apapun. Kalau yang kita cetak adalah makhluk hidup, kita harus lebih banyak belajar dan terus meningkatkan ketrampilan dalam mencetaknya. Agar output yang dihasilkan juga sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam pendidikan, output yang kita harapakan tentunya adalah siswa yang bukan hanya baik saja, tetapi juga harus benar. Oleh karena itu, guru sebagai pencetaknya, juga harus melakukan pengajaran dan pendidikan dengan cara yang baik dan benar. Ingat, baik saja belum cukup. Sesuatu yang baik, belum tentu benar. Mengajar adalah sesuatu yang baik, tetapi belum tentu kita mengajar dengan cara yang benar. Oleh karena itu, baik dan benar harus menjadi satu kesatuan yang utuh, yang berjalan bersama-sama dan tidak ada yang boleh tertinggal.

So, bagaimana supaya kita bisa menjadi guru yang baik dan benar??
Menurut saya, ada beberapa hal yang mesti dilakukan oleh setiap guru, diantaranya :

1. Meluruskan niat menjadi guru.

Banyak kita-kita, menjadi guru hanya sekedar pelarian saja. Karena tidak dapat pekerjaan lain, karena kebutuhan PNS guru lebih besar dibandingkan dengan PNS lainnya, dan karena banyak hal yang lain. Jika begini, maka kita tidak akan pernah memiliki target dan visi yang jelas ketika menjadi guru. Mungkin cenderung hanya berorientasi pada materi semata, bukan keberhasilan pendidikannya. Oleh karena itu, sebelum menjalani profesi sebagai guru atau yang sudah menjadi guru, marilah sama-sama kita meluruskan niat lagi, kenapa kita menjadi guru? Hanya sekedar mencari nafkah atau memang benar-benar ingin mengabdikan diri di dunia pendidikan agar dapat mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas?
2. Memiliki akhlak yang mulia

Istilah ”guru”, sering kita kenal dengan ”digugu dan ditiru”. Nah, ini berarti bahwa guru merupakan suri tauladan bagi murid-muridnya. Segala gerak-gerik, perkataan, dan tingkah laku guru sedikit banyaknya akan dicontoh oleh murid-muridnya. Oleh karena itu, kita mesti mencontohkan akhlak yang mulia bagi murid-murid kita. Agar mereka juga bisa menjadi manusia yang berakhlak mulia.
So, hindarilah sifat-sifat tercela seperti membenci, marah yang berlebihan, mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor, mencaci maki murid, dendam terhadap murid, dan berlaku tidak sopan terhadap murid. Hargailah murid terlebih dahulu sebelum kita minta murid untuk mengahargai kita. Sayangilah murid, sebagaimana kita sayang pada anak kita sendiri. Jika kita tidak mampu untuk menampilkan ahlak yang mulia, maka kecil harapan kita bisa mencetak siswa yang berakhlak mulia. Bukankah akhlak itu sangat penting dalam proses pendidikan manusia?
3. Senantiasa belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik

Jika sekarang kita sudah baik, berusahalah terus untuk menjadi lebih baik dihari-hari berikutnya. Jika kita belum baik, maka perbaiki diri kita mulai sekarang dan terus ditingkatkan untuk hari-hari berikutnya. Yang jelas, semuanya itu proses belajar. Jika hari ini kita salah dalam memperlakukan murid, maka belajarlah untuk memperbaikinya di lain waktu. Dengan demikian, murid juga akan mencontoh kebiasaan kita, yakni senantiasa belajar untuk menjadi lebih baik.
4. Pandanglah murid itu sebagai manusia yang telah memiliki potensi masing-masing.
Jangan pandang mereka sebagai gelas kosong yang siap kita tuangi air sampai penuh, bahkan meluber. Setiap manusia pasti memiliki potensi, kita tinggal menggali dan mengembangkannya saja. Dengan demikian, proses belajar akan lebih bermakna dan memperoleh hasil yang maksimal.

5. Jangan pernah merasa diri kita selalu benar dan murid tidak boleh lebih benar dari kita.
Setiap manusia tidak ada yang sempurna. Meskipun kita guru dan lebih tua dari murid, tetap saja berpeluang untuk salah. Dan murid, meskipun lebih muda dan mungkin ilmuya belum sebanyak kita, tetap berpeluang untuk lebih benar dari kita. Kita sama-sama manusia, yang memiliki peluang yang sama untuk berbuat salah. So, jangan merasa benar sendiri...
Mengajar itu ibadah, jadi.. jangan pernah berputus asa atas berbagai masalah yang kita temui selama menjalani proses pendidikan ini. Insyaallah, amal baik kita selama menjadi guru akan membawa kita pada derajat kemuliaan di sisi Nya.

Semoga bermanfaat.

Kecerdasan Spritual

Warnai Dunia Pendidikan dengan Kecerdasan Emosi dan Spiritual


Seorang penarik becak berusia 62 tahun merasa terketuk hatinya untuk mendirikan sebuah madra­sah. Keinginan itu bermula dari rasa penasarannya melihat anak-anak di sekitar rumahnya yang sering bermain bersama di sore hari.
Setelah mencari tahu, ternyata ada kegiatan belajar mengajar di salah satu rumah warga yang sederhana. Apa yang dilihatnya sangat menggugah hatinya. Ia tak ingin kegiatan ini hanya bersifat sementara. Impiannya mendirikan ruang belajar yang lebih baik terus berkecamuk dalam pikirannya.
Menyadari kondisinya hanya sebagai tukang becak dengan penghasilan rata-rata sekitar Rp 20.000, akhirnya memunculkan idenya untuk menghimpun sum­bangan. Setiap menarik becak, ia selalu mengungkapkan renca­nanya membangun madrasah di kampungnya itu pada penumpangnya. Di usianya yang tak muda lagi, ia harus menarik becak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membantu berdirinya madrasah.
Setelah bertahun-tahun me­nyisihkan sebagian dari hasil me­narik becak di Jakarta, ditambah dengan sumbangan dari donatur, akhirnya ta­hun 2003 impiannya mulai terwujud. Melihat hasil kerjanya, Salim Ruhmana, penarik becak itu, makin giat bekerja dan mencari donatur. Ia menamai sekolahnya dengan Madrasah Diniyah Awaliyah Nurul Hidayah yang kini berganti nama menjadi Diniyah Takmiliyah Awwaliyah Nurul Hidayah, di Dusun Karangcengek, Desa/Kec. Pamarican, Ciamis, Jawa Barat.
Salim yang kini berusia 69 tahun tetap menarik becak yang tiap harinya mangkal di samping UIN, Jalan Supratman dan dekat dengan Masjid Al-Ikhlas Jakarta. Selain menjadi donator ia juga menjadi pengawas sekolah tersebut. Karena kiprahnya di dunia pendidikan, ia berkesempatan untuk mengikuti training ESQ Peduli Pendidikan (PP) angkatan 36 Jakarta di Menara 165, Cilandak, Jakarta, Selasa-Kamis (29-30/6-1/7).
“Selama training saya selalu mengeluarkan air mata. Saya berharap dengan ilmu yang didapat ini akan dapat disampaikan di madrasah,” ungkap Salim Ruhmana yang merasa sangat bersyukur dapat mengikuti training gratis untuk para guru tersebut.
Training ini dipandu oleh Uus Suryana, Ade Armand, dan Erik Syam. Dihadiri 521 peserta yang terdiri dari para guru.
Menurut pendiri ESQ Dr. H.C Ary Ginanjar Agustian, Salim Ruhama adalah contoh orang yang telah menggabungkan kecerdasan emosi, spiritual, dan intelektual. Ketika ia peduli, itu adalah contoh kecerdasan emosi, dorongan membantu adalah aplikasi kecerdasan spiritual, sedangkan bagaimana menghitung dan merencanakan berdirinya madrasah adalah apli­kasi kecerdasan intelektual. Meskipun bekerja sebagai penarik becak, Salim telah menggabungkan ketiga kecerdasan sehingga berhasil membangun sebuah sekolah bagi masyarakat sekitar. Karena itulah membangun sumber daya manusia dengan menggabungkan tiga kecerdasan IQ, EQ, dan SQ menjadi sangat penting.
Ary Ginanjar Agustian pun menyatakan harapannya pada para guru yang mengikuti training ESQ Peduli Pendidikan agar dapat mengajarkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual kepada anak didiknya. Selama ini banyak orang yang menganggap kecerdasan intelektual seperti tidak ada hubungannya dengan ilmu spiritual, begitu juga sebaliknya. Padahal semua ini ada di bumi Allah, sehingga tidak ada apa pun di muka bumi kecuali ibadah kepada Allah.
“Jadi artinya ketika belajar mengajar itu ibadah kepada Allah. Betapa ruginya ketika kita mengajar dan mendidik tapi tidak dengan niat tulus kepada Allah. Ketika kita jadikan sebagai ibadah, maka apa yang kita lakukan menjadi sajadah-sajadah kita,” urainya.
Ketua FKA ESQ (Forum Ko­munikasi Alumni ESQ) Bidang Sosial Kemasyarakatan, Lea Ira­wan dalam sambutannya me­nga­takan, FKA ESQ memilih mentrainingkan insan guru, ka­rena kami menyadari para guru menjadi ujung tombak dan garda terdepan dengan peran yang sangat strategis, yaitu mentransfer ilmu kepada anak didik. Namun saat ini tantangan bapak ibu guru tidak hanya berperan mentransfer ilmu intelektual, tetapi menegakkan moral dan akhlak kepada anak didik kita melalui peran dari para guru.
Lea Irawan menambahkan, "Kami FKA ESQ Bidang Sosial Kemasyarakatan secara resmi menyampaikan, ESQ Peduli Pendidikan dan juga FKA ESQ akan menjadikan Diniyah Takmiliyah Awwaliyah Nurul Hidayah menjadi sekolah binaan Lembaga Kemanusiaan ESQ, dan akan mentrainingkan para gurunya."
Manfaat training ESQ di­ra­sa­kan para peserta salah satunya Suhandi guru SMP Muhammadiyah 4, Jaktim.
“Luar biasa, yang pasti di dalam batin saya ada sesuatu yang memotivasi. Mudah-mudahan ini akan menjadi bekal untuk sete­rusnya melangkah. Sesuai dengan pelajaran saya sendiri Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang sebetulnya sudah termasuk bagian dari 7 Budi Utama sudah saya sampaikan di materi pela­jaran saya. Di dalam pelajaran itu intinya adalah mendidik siswa menjadi warga negara yang baik,” ungkap Suhandi.
Menurutnya, ada korelasi antara apa yang didapatkan selama training dengan apa yang disampaikannya kepada anak didik. Training ESQ sangat bermanfaat bagi guru di dalam kegiatan mengajar.
“Saya merasa lebih optimis, lebih bergairah, lebih merasakan suasana batin saya untuk selalu tampil lebih baik dari sebelumnya,” paparnya.
Hingga saat ini, jumlah guru yang telah mengikuti training ESQ secara gratis jumlahnya sudah mencapai lebih dari 116 ribu. ESQ menargetkan pada 2020 akan ada 1 juta guru yang sudah mengikuti training dan memahami bahwa untuk membangun generasi yang tangguh dan bermoral bukan hanya diperlukan kecerdasan intelektual melainkan juga kecerdasan emosi dan spiritual. (tino/ida)

Guru Harus Jadikan Mengajar Sebagai Ibadah

Guru Harus Jadikan Mengajar Sebagai Ibadah: "Guru Harus Jadikan Mengajar Sebagai Ibadah"

Medan(MedanPunya.Com) Rektor Universitas Negeri Medan Prof Syawal Gultom, mengatakan, guru profesional dituntut mampu mengubah paradigma bahwa guru adalah sebuah profesi dengan demikian mengajar tidak lagi dianggap sebagai pekerjaan melainkan sebagai ibadah.

"Kalau seorang guru sudah bisa menjadikan mengajar sebagai profesi maka ia akan berkerja dengan berlandaskan ibadah. Tapi kalau dia menganggap mengajar itu sebagai pekerjaan maka ia tidak mencapai kepuasan dalam melaksanakan aktivitas mengajar itu," katanya.

Ia mengatakan, paradigma guru adalah ketika sertifikasi diluncurkan mestinya mengubah guru menjadi profesional sesuai dengan tuntutan sertifikasi guru tersebut dan guru juga dituntut harus mampu menjadi motivator bagi peserta didik.

Namun yang menjadi pertanyaan, lanjutnya, apakah guru-guru yang memegang atau telah lulus sertifikasi itu menunjukkan kinerja yang baik dan adakah perubahan atau tidak dengan pola cara mengajarnya, apakah masih menggunakan metode satu arah atau sudah dua arah.

"Tentunya akan menjadi tanya besar jika ternyata pola mengajar guru tidak juga berubah sebelum ia lulus sertifikasi dengan sesudah lulus. Artinya bagi tenaga pendidik, saya imbau jadikanlah guru sebagai profesi bukan sebagai pekerjaan," katanya.

Karena jika profesi, berarti guru mengajar seharusnya dalam rangka beribadah, bukan dalam rangka untuk bekerja dan mendapatkan hanya sebatas gaji perbulan saja.

"Karena itu hati-hati menjalankan profesi, kalau memang tidak bisa merubah paradigma guru, maka siapapun akan merasa kecewa sepanjang hidupnya karena menjadi guru dan akan mengalami kerugian," katanya.

Lebih jauh ia mengatakan, satu lagi yang saat ini belum dipahami oleh sebagian tenaga guru yakni persoalan bidang studi. Banyak guru yang menganggap bidang studi adalah tujuan padahal sebenarnya alat untuk mencapai tujuan.

Ketika alat menjadi tujuan tidak akan pernah kita sampai ke tujuan itu. Seperti misalnya, guru-guru matematika merasa apa yang diajarkan tujuannya adalah matematika, guru fisika tujuannya fisika, dan seterusnya.

Semestinya, murid diajarkan dengan matematika, fisika, bahasa Inggris dan sebagainya sebagai alat untuk murid agar bisa hidup yakni bisa lebih terampil dan cekatan menghadapi hidup.

"Makanya dilarang mengajarkan sesuatu pada murid yang murid sendiri tidak tahu untuk apa itu diajarkan, jadi guru harus menjelaskan apa tujuan sesuatu itu diajarkan dan apa manfaatnya. Karena di dunia ini hanya orang gila yang mempelajari sesuatu yang dia sendiri pun tidak tahu untuk apa hal itu dipelajari," katanya.***mpc-mdn3

inspirasi dari Goldenways

Jika anda sedang benar, jangan terlalu berani dan
bila anda sedang takut, jangan terlalu takut.
Karena keseimbangan sikap adalah penentu
ketepatan perjalanan kesuksesan anda
Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita
adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba
itulah kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk berhasil
Anda hanya dekat dengan mereka yang anda
sukai. Dan seringkali anda menghindari orang
yang tidak tidak anda sukai, padahal dari dialah
Anda akan mengenal sudut pandang yang baru
Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi
pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus
belajar, akan menjadi pemilik masa depan
Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi
pencapaian kecemerlangan hidup yang di
idamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa
kesenangan adalah cara gembira menuju
kegagalan
Jangan menolak perubahan hanya karena anda
takut kehilangan yang telah dimiliki, karena
dengannya anda merendahkan nilai yang bisa
anda capai melalui perubahan itu
Anda tidak akan berhasil menjadi pribadi baru bila
anda berkeras untuk mempertahankan cara-cara
lama anda. Anda akan disebut baru, hanya bila
cara-cara anda baru
Ketepatan sikap adalah dasar semua ketepatan.
Tidak ada penghalang keberhasilan bila sikap
anda tepat, dan tidak ada yang bisa menolong
bila sikap anda salah
Orang lanjut usia yang berorientasi pada
kesempatan adalah orang muda yang tidak
pernah menua ; tetapi pemuda yang berorientasi
pada keamanan, telah menua sejak muda
Hanya orang takut yang bisa berani, karena
keberanian adalah melakukan sesuatu yang
ditakutinya. Maka, bila merasa takut, anda akan
punya kesempatan untuk bersikap berani
Kekuatan terbesar yang mampu mengalahkan
stress adalah kemampuan memilih pikiran yang
tepat. Anda akan menjadi lebih damai bila yang
anda pikirkan adalah jalan keluar masalah.
Jangan pernah merobohkan pagar tanpa mengetahui
mengapa didirikan. Jangan pernah mengabaikan
tuntunan kebaikan tanpa mengetahui keburukan
yang kemudian anda dapat
Seseorang yang menolak memperbarui cara-cara
kerjanya yang tidak lagi menghasilkan, berlaku
seperti orang yang terus memeras jerami untuk
mendapatkan santan
Bila anda belum menemkan pekerjaan yang sesuai
dengan bakat anda, bakatilah apapun pekerjaan
anda sekarang. Anda akan tampil secemerlang
yang berbakat
Kita lebih menghormati orang miskin yang berani
daripada orang kaya yang penakut. Karena
sebetulnya telah jelas perbedaan kualitas masa
depan yang akan mereka capai
Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita
ketahui, kapankah kita akan mendapat
pengetahuan yang baru ? Melakukan yang belum
kita ketahui adalah pintu menuju pengetahuan
Jangan hanya menghindari yang tidak mungkin.
Dengan mencoba sesuatu yang tidak
mungkin,anda akan bisa mencapai yang terbaik
dari yang mungkin anda capai.
Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup
adalah membiarkan pikiran yang cemerlang
menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang
mendahulukan istirahat sebelum lelah.
Bila anda mencari uang, anda akan dipaksa
mengupayakan pelayanan yang terbaik.
Tetapi jika anda mengutamakan pelayanan yang
baik, maka andalah yang akan dicari uang
Waktu ,mengubah semua hal, kecuali kita. Kita
mungkin menua dengan berjalanannya waktu,
tetapi belum tentu membijak. Kita-lah yang harus
mengubah diri kita sendiri
Semua waktu adalah waktu yang tepat untuk
melakukan sesuatu yang baik. Jangan menjadi
orang tua yang masih melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan saat muda.
Tidak ada harga atas waktu, tapi waktu sangat
berharga. Memilik waktu tidak menjadikan kita
kaya, tetapi menggunakannya dengan baik
adalah sumber dari semua kekayaan
Orang-orang yang minta gaji lebih biasanya tidak dapat lebih, tapi yang melakukan lebih dan berkualitas akan mendapat lebih. Jangan takar tenaga yang Anda keluarkan berdasarkan gaji yang Anda dapatkan tetapi berdasarkan hasil yang dapat Anda kontribusikan bagi kelangsungan dan keuntungan perusahaan Anda.
Siapa bilang untuk menjadi kaya dan sejahtera harus punya modal yang banyak? Kalau saja Anda cermat melihat peluang yang ada, ada banyak celah yang bisa menjadi jalan untuk meraih kesejahteraan yang diinginkan. Yang dibutuhkan cuma kemauan untuk menjadi sukses”